Assalamu'alaykum... Selamat datang di blog saya..

Muslimah

Muslimah

Jumat, 23 Desember 2011

Hafalan oh Hafalan –Jarang diMuroja’ah, Mesti Kalah dengan Tilawah














-Alhamdulillah.. Selalu saja ada nasehat yang didapat ketika menghabiskan malam minggu bersama AL-Qur’an dan para pengajarnya-
Berikut ini saya tuliskan cuplikan percakapan antara murid dengan ustadznya.

Murid : Ustadz, hari ini saya hafalan halaman 14

Ustadz : Monggo silakan

Murid : (Mulai menghafal-ta’awudz-basmallah-membaca surat Al-Baqoroh ayat 94 sd 101).

Ustadz : Hmm… ini hafalan baru atau lama?

Murid : Hafalan lama Ustadz, saya hanya mengulang hafalan saja.

Ustadz : Kalau hafalan baru harusnya halaman berapa?

Murid : Halaman 18 Ustadz, hehehe (sambil nyengir)

Ustadz : Kenapa sekarang mengulang hafalan halaman 14?

Murid : (Masih sambil cengar-cengir) Hafalan-hafalan saya yang sebelumnya pada hilang Ustadz, makanya saya memantapkan lagi dengan mengulang menghafalnya.

Ustadz : Kenapa bisa begitu? Kamu sibuk kuliah ya? Atau ada kesibukan yang lain sehingga tidak sempat hafalan?

Murid : (Merenung sejenak-berpikir) Ndak juga Ustadz

Ustadz : Atau jarang di-muroja’ah 1) ya? Jarang dibaca kembali hafalan-hafalannya?

Murid : (nyengir lagi) Iya Ustadz, saya jarang muroja’ah. Mungkin karena saya futur. Jadi sewaktu menghafal, sudah berulang-ulang dibaca tapi susah sekali masuknya. Kalau mau hafalan dan muroja’ah, seringkali kalah dengan tilawah 2), apalagi ada target tilawah.

Ustadz : Hmm.. begitu. Saya jelaskan sedikit. Pada dasarnya menghafalkan Al-Qur’an itu hukumnya fardu kifayah, sama dengan hukum shalat jenazah. Dimana ketika ada seorang muslim yang telah mengerjakannya, maka gugurlah kewajibannya. Namun ada banyak sekali keuntungan bagi seorang yang menghafalkan Al-Qur’an. Sangat sayang jika kita melewatkan ibadah yang satu ini-hafalan. Salah satu keuntungan menjadi penghafal Al-Qur’an adalah dikumpulkan bersama para penghafal Al-Qur’an di surga. Di surga, manusia akan dikelompokkan berdasarkan hafalannya 3). Naah.. Menjaga hafalan yang telah kita miliki hukumnya wajib, sedangkan tilawah hukunya sunnah.

Murid : (Berpikir. Berkata dalam hati, “Dikelompokkan berdasarkan hafalan kita di surga? Waduuh, hafalanku masih sedikit. Gimana ini..? berarti harus produktif untuk menghafal. Hmm..”)
Ooo.. begitu Ustadz. Berarti lebih diprioritaskan muroja’ah daripada tilawah?

Ustadz : Insya Allah begitu. Muroja’ah Insya Allah akan memiliki pahala yang sama dengan tilawah, bahkan lebih banyak, karena kita melakukannya dengan berulang-ulang. Namun, bukan berarti dengan menghafal qur’an kita tidak tilawah sama sekali. Kita harus seimbang antara tilawah dengan muroja’ah. Strategi setiap orang berbeda-beda. Terserah kamu bagaimana menyusun strateginya.

Murid : Hmm.. iya Ustadz. Kalau Ustadz sendiri, bagaimana strategi menghafalnya?

Ustadz : Hafalan qur’an itu harus senantiasa dibaca berulang-ulang. Ketika shalat, surat-surat yang telah kita hafal dibaca. Jadi, waktu shalat sunnah maupun wajib, bacaan surat pendeknya tidak hanya surat-surat pendek seperti Al-Ma’un, Al-Fiil, An-Nashr, Al-‘Ashr, Al-Lahab, terlebih tiga surat terakhir Al-Qur’an-Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas. Surat-surat itu pantasnya dibaca anak TK dan SD. Selayaknya, dengan bertambahnya umur, bertambah pula ilmu dan pemahaman kita, termasuk di dalamnya hafalan qur’an kita.

Murid : (menyimak-sambil berkata dalam hati “Haduuh.. Mak tjlep.. tjlep. Tertohok banget”)

Ustadz : (Melanjutkan)
Selain mengerjakan hal-hal yang wajib, kita juga harus mengerjakan yang disunnahkan Allah, yaitu perbuatan yang dicontohkan Rasulullah saw. Naah, dalam sehari, kita tidak hanya shalat fardhu yang lima waktu itu saja kan? Ada shalat rawatib (sebelum subuh, sebelum & sesudah dhuhur, sebelum ashar, sesudah magrib, dan sebelum & sesudah isya’), shalat dhuha, shalat tahajud, shalat witir, dan shalat-shalat sunnah yang lain. Jadi strateginya, ketika shalat-shalat sunnah itulah hafalan qur’an yang kita miliki dibaca. Misalnya ketika shalat lail, dimana jumlah raka’atnya tidak dibatasi, kita bisa memantapkan bacaan qur’an kita untuk surat-surat juz 30. Ketika shalat dhuha, bacaan surat Al-Baqoroh yang dimiliki bisa juga dibaca semampunya. Di sisi lain, kita pun harus membaca ulang hafalan qur’an kita setiap harinya. Misalnya sekarang, kamu sudah punya hafalan 18 halaman juz 1. Naah.. itu tinggal dibagi aja, setiap setelah sholat, tilawahnya diganti muroja’ah 3-4 halaman.

Murid : Tapi Ustadz, terkadang, ketika sedang shalat dan saya membaca surat yang telah saya hafalkan, seringkali hafalan itu putus di tengah jalan. Bingung melanjutkannya. Akhirnya saya berganti surat-surat pendek yang lebih saya hafal. Bagaimana Ustadz?

Ustadz : Iya tidak apa-apa. Membaca surat-surat Al-Qur’an ketika shalat hukumnya sunnah. Jika lupa, bisa langsung dilanjutkan ruku’, kalau mau mengganti surat lain yang lebih dihafal juga tidak masalah. Langkah selanjutnya setelah shalat adalah segera membuka Al-Qur’an dan membaca surat yang tadi lupa bacaannya. Hal ini harus segera dilakukan untuk menghindari menumpuknya hafalan surat yang terbengkalai karena kita jarang melakukan muro’jaah.

Murid : Iya Ustadz.***

Catatan Kaki:

1) Muroja'ah = mengulang kembali hafalan
2) Tilawah = mengaji Al-Qur'an
3) Dalam sebuah hadits, dikatakan bahwa, Dari ‘Abdillah bin ‘Amr nin ‘Ash dari Nabi SAW, beliau bersabda: Akan dikatakan kepada Shohib Al-Qur’an, penghafal Al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah serta tartilkanlah sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al-Qur’an di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu di di surge sesuai dengan jumlah ayat/akhir ayat hafalan yang pernah engkau baca”. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Lalu…? Bagaimana dengan hafalan surat kita?
Selama hidup ini, sudah ada peninngkatan menghafal berapa persen…?
Jika sewaktu-waktu dipanggil oleh Yang Maha Pencipta,
sudah siapkah dengan kondisi kita saat ini…????
Mari berlomba-lomba dalam Kebaikan… ^^



**18 Des 2011_07.20 WIB.
»»  READMORE...

Minggu, 18 Desember 2011

BUROQ-KU

Satu-satunya kendaraan yang kupunya adalah Buroq. Buroq itu sebuah nama. Nama dari sepeda tua berwarna ungu. Sepeda yang kudapat dari seorang akhwat senior -dia yang namany tak perlu disebut-supaya hanya aku dan beliau saja yang tahu, juga supaya amalnya tetap ikhlas penuh barokah.

Buroq… dulu aku berpikir dua kali ketika akhwat senior itu menawariku sepeda warisan. “Sepeda warisan…? Pasti jelek sekali, bisa malu aku memakainya..” batinku waktu itu. Namun, tak mengapalah.. dari pada jalan dengan beban di pundak yang semakin bertambah dan rute perjalanan yang kian panjang nan melelahkan. Ku singkirkan jauh-jauh pikiran burukku tentang ‘sepeda warisan’. Berpositive thinking, bahwa sesuatu yang jelek tak selamanya jelek. Dan kubuktikan hal itu benar..!!!

Beberapa waktu setelah kepulangan beliau – akhwat senior, dia yang namanya tak perlu disebut – meninggalkan kampus perjuangan ini, aku mengambilnya. Ku dapati banyak karat menyelimutinya. Sepeda yang seperti memang sudah tak layak pakai, pikirku waktu itu. Namun, dengan segenap ketelatenan dan kesabaran, aku berusaha mengubah sepeda itu menjadi sepeda impianku. Sepeda yang memiliki keranjang, enak dipakai, enteng, bisa ngebut, dan remnya yahuut.. Alhamdulillah.. akhirnya terkabul juga. Walau biaya untuk membeli aksesoris sepeda dan memperbaikinya lumayan besar (menurutku – sebagai seorang mahasiswi dengan uang saku ngepres).
Buroq.. Nama itu terinspirasi drai peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah saw, teladanku, yang melakukan perjalanan dengan kendaraan bernama Buroq. Kendaraan itu berkecepatan tinggi, sangat cepat hingga bisa menembus langit ke tujuh.

Buroq, hamper dua tahun aku bersamanya. Tak henti menggunakannya di pagi, siang, sore, bahkan malam hari. Jarak dekat, sekitar ITS biasa ku lalui. Bahkan jalan medokan dan jalan darmo pun pernah ku jelajahi bersama Buroq.

Banyak kenangan bersamanya. Ngebut-ngebutan di jalanan ITS dan sekitarnya. Pengalaman ini dilatarbelakangi oleh mepetnya waktu yang ada untuk menuju tempat tujuan. Juga karena udah lewat jam malam, juga karena sepinya daerah yang ku lalui sehingga membuat bulu kuduk berdiri semua. Pengalaman mengangkat Buroq gara-gara pagar jalan ditutup. Ini sering kualami di jalanan deket PPNS. Huff… harus mengeluarkan segenap tenaga untuk mengangkatnya. Pengalaman ban bocor luar dalam yang harus membuatku sabar. Hmm… menuntun Buroq dari Masjid Manarul Ilmi ITS hingga tukang tambal ban gebang ataupun Keputih (deket Sakinah). Juga pengalaman menuntun Buroq, untuk menemani seorang teman yang sedang berjalan sendirian,

BUROQ… Melesatlah… menyatulah dengan ku dan angin di sekelilingmu… Jadilah sahabat setiaku.. Let’s Go…. (terinspirasi dari nyanyian kartun tamiya berjudul ‘Let’s Go!’)

Let’s Go..
Bersatu dengan angin
Raihlah mimpi-mimpimu
Ku tak akan pernah menyerah
Rasakan deru angin
Winning Run…

Buroq.. oh Buroq..
kuharap, engkau tak hanya menjadi kendaraanku di dunia, tapi juga di akhirat…
kuharap engkaulah yang menjadi saksi atas perbuatan baikku..
bersamamu aku berjuang di jalan Allah
baik untuk menuntut ilmu
»»  READMORE...

Kamis, 01 Desember 2011

Percakapan di sebuah perusahaan

Suatu hari di sebuah perusahaan.
X: Ini Mba tehnya, silakan diminum.
Z: Terima kasih Bu. Maaf saya sedang puasa.
X: Waah,, hebat bener Mbanya, puasa Senin-Kamis ya Mba?
Z: Oh, bukan Bu, saya puasa sunnah yang lain, yang sehari puasa-sehari tidak.
X: Waah.. hebat-hebat. Dulu saya waktu muda juga sering puasa Mba. Waktu jaman SMP-SMA-Kuliah gitu. Sering tirakat, puasa Senin-Kamis, tahajud, dhuha. Ibadahnya getol banget. Waktu muda dulu memang lagi semangat2nya ibadah Mba, soalnya lagi banyak2nya yang diinginkan. Ingin lulus dengan nilai baik, masuk sekolah favorit, universitas favorit, sampe dapet kerjaan yang gajinya lumayan. Masa muda dulu memang menyenangkan. Rasanya tenaga dan semangat itu gak habis2. Ingin ini, ingin itu, semua dilakukan.
Z: .... (mendengarkan dan menyimak)
X: Tapi sekarang sudah beda jaman Mba. Sedih rasanya melihat diri saya. Sudah jarang puasa, jarang bisa bangun malam, jarang mengaji apalgi buka Al-Qur'an. Hafalan2 pada hilang. (sambil sedikt menunduk, memandang pada layar laptop) Semakin bertambah umur, ujiannya semakin banyak Mba. Tanggung jawab pun semakin besar. Tuntutan pekerjaan mengharuskan tampil dengan kesehatan prima, kalau puasa, rasanya lemes banget, kurang produktif, saya pernah ditegur atasan saya karena kurang semangat bekerja dan sering menguap. Apalagi sekarang sudah punya suami dan anak. Kerjaannya tambah banyak. Pulang kerja ndak bisa santai2, harus masak, nyuci, mandikan anak, nemanin belajar anak, dan setumpuk pekerjaan rumah lain telah menanti.
Z: .... (masih menyimak)
X: (melanjutkan lagi) Kamu masih muda Mba, manfaatkan masa mudamu sebaik-baiknya. Kalau sudah kayak saya ini, susah melakukan hal2 yang saya mau. Pertimbangannya banyak, harus bilang suami, gimana nanti anak kalau ditinggal, dan lainnya. Ribet. Mumpung masih muda, harus banyak tirakat. Biar ntar bisa memetik hasilnya, jadi orang gede. Saya dukung kamu Mba buat istiqomah Puasa. Kalau bisa, Mba jangan niru saya ya. Mba harus bisa istiqomah puasanya, jangan berhenti, terus ibadah, sampe Mba menghadap pada Sang Pencipta. Jangan hanya beribadah sampe setelah udah dapet kerja aja, atau keingan sudah tercapai.
Z: Iya Bu. Insya Allah.
X: Saya sangat senang bertemu Mba. Saya jadi termotivasi lagi untuk memperbaiki diri. Saya harus banyak merenungi kehidupan yang sudah saya lalui. Banyak yang sudah tersia-siakan.
Z: Iya Bu, saya juga senang bertemu dengan Ibu. Saya bisa belajar banyak hal (sambil manggut2)
X: Subhanallah.. saya sadar, inilah rencana Allah. Saya dipertemukan dengan Mba, supaya saya bisa bangkit lagi, mulai puasa lagi. Bismillah, Insya Allah.
X: Oiya Mba, saya punya wejangan satu lagi untuk Mba. Kalau sudah kerja nanti, jangan terjebak dengan kegiatan rutinitas. Berangkat pagi pulang sore, trus di rumah mengerjakan pekerjaan rumah kemudian tidur. Rugi banget Mba, kurang produktif. Mba harus bisa mengelola waktu Mba dengan sebaik-baiknya. Alhamdulillah Mba, meskipun ibadah sunnah saya sudah mulai kendur, saya masih bisa ikut pengajian lho Mba. Saya senang bekerja di perusahaan ini. Setiap satu minggu sekali ada pengajian yang boleh diikuti siapa saja, direktur, manajer, staf, hingga petugas cleaning service. Senang rasanya bisa berkumpuldengan saudara dan saudari seiman, mendengarkan petuah2 dari Ustadz. Ustadznya juga keren2 lho Mba, yaa.. walau ndak terlalu terkenal.
Z: Iya Bu, terima kasih atas wejangannya.
X: Hari ini hari apa ya Mba?
Z: Hari KamisBu.
X: Waah.. kebetulan, setiap kamis pengajiannya. Ntar ikut pengajian sama saya Mba.
Z: Iya Bu, Insya Allah.
******************
Hmm.. begitu rupanya kehidupan dunia kerja,
terjebak dengan rutinitas akan menurunkan produktivitas.
Terlena dengan kehidupan dunia,
dapat melalaikan amanah sebagai hamba kepada Sang Pencipta.
Akankah kita senantiasa Istiqomah dalam beribadadah pada-Nya
hingga malaikat pencabut nyawa berhadapan dengan kita?
Bismillah..
Yaa Allah Yang Maha membolak-balikkan hati,
Istiqomahkan kami untuk tetap berada pada agama-Mu.
JSR_011211_09:56
»»  READMORE...
') }else{document.write('') } }