Selanjutnya, kita akan belajar lebih dalam memahami Cahaya. Selayaknya makhluk hidup dan benda-benda lainnya, cahaya memiliki beberapa sifat.
1. Cahaya merambat menurut garis lurus. Cahaya merupakan partikel-partikel yang sangat kecil dan bergerak sangat cepat dengan lintasan garis lurus. Cahaya memiliki kecepatan 300.000 km per detik. Garis-garis maya lurus yang menggambarkan cahaya disebut sinar cahaya. Kumpulan sinar-sinar cahaya akan membentuk berkas cahaya. Bayangan-bayangan dapat terjadi karena cahaya merambat lurus. Cahaya tidak dapat mencapai daerah di belakang benda.
2. Cahaya dapat dibiaskan. Cahaya yang merambat dari suatu zat ke zat lain akan dibiaskan di bidang perbatasan. Pembiasan cahaya disebut juga pembelokan cahaya. Contoh peristiwa pembiasan adalah dasar kolam yang airnya jernih tampak lebih dangkal dari biasanya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena cahaya yang datang dari zat yang renggang (udara) menuju zat yang lebih rapat (air kolam) akan dibiaskan mendekati garis normal sehingga dasar kolam tampak lebih dangkal.
3. Cahaya dapat menembus benda-benda bening. Benda tembus pandang atau benda bening hampir seluruhnya mampu meneruskan cahaya yang diterimanya. Contoh benda tembus cahaya adalah gelas kaca, botol, toples, dan air. Tumbuhan dan hewan yang hidup di dalam air juga membutuhkan cahaya matahari untuk kehidupan mereka. Cahaya matahari dapat menembus air laut, air sungai, dan air kolam yang dalam, asalkan air tersebut bening.
4. Cahaya dapat dipantulkan. Bila cahaya mengenai suatu benda maka terdapat dua kemungkinan peristiwa yang akan dialami oleh cahaya tersebut. Yang pertama adalah sebagian cahaya tersebut akan diteruskan ke dalam benda yang dikenainya. Sedangkan kemungkinan kedua adalah sebagian cahaya akan dipantulkan kembali.
Sampai sini dulu pembahasan ilmiah terkait cahaya. Trus, apa hubungannya penjelasan ilmiah cahaya dengan cuplikan firman Allah swt di awal tulisan ini? OK. Selanjutnya, simak terjemahan lengkap dari cuplikan ayat di atas.
Allah pelindung bagi orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Sedangkan orang-orang kafir itu, pelindung-pelindung mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah: 257)Cahaya dalam ayat ini ditasfirkan sebagai hidayah Allah. Allah memberikan hidayah kepada setiap hamba-Nya. Namun, tidak semua orang mau dan mampu menjemput hidayah yang diberikan Allah. Begitulah... pemberian hidayah yang diberikan Allah bisa kita dekati dengan cara kerja cahaya, dimana cahaya merupakan kumpulan energi elektromagnetik yang kasat mata, hidayah pun bersifat kasat mata, tak terlihat tapi bisa dirasakan. Selanjutnya, coba simak keempat sifat cahaya yang telah dipaparkan di atas kemudian coba kaitkan dengan sifat hidayah yang diberikan Allah.
1. Cahaya merambat menurut garis lurus.
Inilah hikmah dibalik seruan kewajiban menegakkan shalat, dimana di setiap rakaat kita diwajibkan membaca surat Al-Fatihah, yang didalamnya terdapat doa: Tunjukkilah kami jalan yang lurus, Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat. Jika kita senantiasa ajeg menegakkan sholat, Insya Allah, kita telah berusaha membentuk lintasan lurus sehingga hidayah itu bisa sampai dan mudah kita dapatkan.
2. Cahaya yang merambat dari suatu zat ke zat lain akan dibiaskan/dibelokkan. Kaitannya dengan hidayah, hidayah itu datang dari Dzat Yang Maha Kuasa menuju zat padat-manusia yang tercipta dati tanah. Jika sinar hidayah yang datang dari Allah swt menuju manusia, zat yang senantiasa mendekat pada Rabbnya, maka, hidayah itu akan merapat (sinar bias akan mendekati garis normal) dan dapat dengan mudah diraih. Namun sebaliknya, jika sinar hidayah datang menuju manusia, zat yang jauh dari Rabbnya, maka sinar bias akan menjauhi garis normal. Dengan kata lain, hidayah pun akan semakin jauh dan susah diraih.
3. Cahaya dapat menembus benda-benda bening.
Maknanya bahwa hidayah yang diberikan Allah akan mudah menembus hati manusia yang suci, tidak banyak maksiat, dan beraklak terpuji. Disebutkan dalam beberapa hadits bahwa jika seorang hamba berbuat dosa, maka timbul satu titik hitam di hatinya. Jika ia sungguh-sungguh bertaubat, maka titik hitam itu akan hilang. Sebaliknya, jika ia melakukan dosa lain, maka akan muncul titik hitam lainnya, dan demikianlah seterusnya. Jika dosa yang telah dilakukannya begitu banyak, maka hati akan menjadi hitam sehingga hilanglah keinginannya terhadap kebaikan. Bahkan hati selalu condong ke arah kejahatan.
Hati yang hitam ialah hati yang menjadi gelap kerana dosa. Setiap satu dosa yang dilakukan tanpa bertaubat itu akan menyebabkan terjadinya satu titik hitam pada hati. Itu baru satu dosa. Maka bayangkanlah bagaimana pula kalau sepuluh dosa? Seratus dosa? Seribu dosa? Alangkah hitam dan kotornya hati ketika itu.
Hati yang kotor dan hitam akan menjadi keras. Apabila hati keras, kemanisan dan kelezatan dalam beribadah tidak dapat dirasakan. Ia akan menjadi penghalang kepada masuknya iman dan ilmu. Belajar sebanyak apa pun tidak akan masuk ke dalam hati, kalau pun kita faham, tidak ada daya dan kekuatan kita untuk mengamalkannya.
Allah berfirman yang bermaksud "Kemudian selepas itu, hati kamu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Pada hal antara batu-batu itu ada yang terpancar dan mengalir sungai daripadanya, dan ada pula antaranya yang pecah-pecah terbelah lalu keluar mata air daripadanya. Dan ada juga antaranya yang jatuh ke bawah kerana takut kepada Allah sedang Allah tidak sekali-kali lalai daripada apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Baqarah: 74).
Begitulah Allah mendatangkan contoh dan menerangkan bahwa batu yang keras itu pun ada kalanya boleh mengalirkan air dan boleh terpecah kerana takut Allah. Oleh itu, apakah hati manusia lebih keras daripada batu hingga tidak boleh menerima petunjuk dan hidayah daripada Allah.
4. Cahaya dapat dipantulkan, yang memiliki dua kemungkinan, diteruskan ke dalam benda yang dikenainya atau sebagaian cahaya akan dipantulkan kembali. Hidayah juga memiliki dua kemungkinan. Pertama, hidayah itu akan diteruskan kepada orang-orang disekitarnya sehingga orang-orang tersebut juga merasakan hal yang sama. Kedua, hidayah itu sebagian akan dipantulkan, dengan kata lain hidayah itu mental begitu saja, karena orang yang diberi hidayah masih enggan dan merasa malu maupun tak mampu menjemput hidayah yang diberikah Allah. Dalam surat An-Nuur, Allah memberikan ilustrasi seorang hamba yang diberikan hidayah.
“Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca dan tabung kaca itu bagailkan bintang yang berkilauan, yang dinyatakan dalam minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon Zaitun yang tumbuh tidak di tumur dan tidak pula di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang dikehendaki. Dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nuur: 35)
Cahaya di atas cahaya, itulah perumpamaan Allah bagi hamba yang diberikan hidayah-Nya. Ia mendapatkan cahaya Allah berupa hidayah, dan ia pun memberikan cahaya itu kepada orang-orang disekelilingnya.
Ia yang mendapatkan cahaya Allah, perkataannya adalah mutiara cahaya yang ampuh menembus hati sanubari, ilmunya merupakan sebab hidayah bagi orang lain, dan kumpulan cahaya kebaikan yang senantiasa diteruskan pada orang-orang disekitarnya menjadikan dirinya memiliki pancaran sinar kebaikan baik di dunia, maupun di akhirat. Subhanallah.
Jadi..? mau mana? Tetap gelap kemudian tersesat atau memupuk asa untuk mendapatkan pancaran cahaya?
Sumber: 1. Karen E. Kalumuck (2000). Human body explorations: hands-on investigates of what makes us tick. Kendall Hunt. hlm. 74. ISBN 9780787261535. 2. Gregory Hallock Smith (2006). Camera lenses: from box camera to digital. SPIE Press. hlm. 4. ISBN 9780819460936. 3. Narinder Kumar (2008). Comprehensive Physics XII. Laxmi Publications. hlm. 1416. ISBN 9788170085928. 4. http://www.crayonpedia.org/mw/Sifat-Sifat_Cahaya_5.2 5. http://mediabelajaronline.blogspot.com/2010/03/pembiasan-cahaya.html 6. http://surgaholicers.wordpress.com/2011/04/17/ 7. http://syahmiaminbukhari.blogspot.com/2009/05/satu-titik-hitam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar