Assalamu'alaykum... Selamat datang di blog saya..

Muslimah

Muslimah

Rabu, 14 Agustus 2013

Mengeluh Karena Kaki? Mari Instrospeksi Dari Kisah Berikut Ini

Bukan teguran yang ku dapat, melainkan motivasi yang membuat diri lebih banyak bersyukur dan instrospkesi diri.

Bulan Ramadhan tahun ini meninggalkan banyak cerita. Salah dua cerita yang tak kan pernah terluka adalah tepat ketika malam ke tiga Ramadhan dan Ramadhan kurang tiga malam lagi, peristiwa ini terjadi. Kisah pertama, kaki dicium roda mobil dan kisah kedua, atraksi mencium aspal. Jadinya Ramadhan kali ini, tak hanya berusaha totalitas sujud mencium tempat sujud. Tapi Allah memberikan kesempatan untuk mencium aspalnya jalanan. Hehehe... daan.. Anggota badan yang menjadi korban agak parah adalah telapak kaki kanan. Bersyukurnya masi berlipat-lipat, karena hanya kaki saja yang agak parah, yang lainnya Alhamdulillaah baik. Selain itu, Alhamdulillaah.. kaki masih utuh, hanya bertambah parah, karena luka musibah pertama belum sembuh dan dihajar dengan luka berikutnya.

Kaki, walau bukan anggota badan yang sakral, tapi penting juga untuk membantu mobilitas kita sehari-hari. Kaki, anggota badan yang digunakan untuk berpijak, berjalan, berlari, menendang, mendaki, dsb. Jika kaki udah cenut-cenut, rasanya aktivitas yang sehari-hari dilakukan kurang optimal. Sholat jadi kurang sempurna karena duduk iftirasy dan tasyahud tak sempurna. Wudhu, kurang sreg akibat kaki tak terbasuh utuh hingga mata kaki.
Naah.. tepat di hari ke dua Syawal. Allah memberikan motivasi tersendiri untukku yang sedang bermasalah dengan kaki. Membaca artikel yang berjudul “Agar Cinta Tetap Membara” dalam buku Cinta Di Atas Cinta karya Ustadz Hamy. Pembuka artikel tersebut begini:

Magrib itu di Masjid Al Falah Surabaya, saya shalat tepat di belakang seorang jamaah yang tiap Magrib senantiasa berada di shaf paling depan. Seperti biasa ia tampak begitu menikmati shalatnya. Yang membuat saya begitu kagum, ia berdiri hanya dengan satu kakinya. Ia tidak mau menghadap Allah dengan duduk walaupun diperbolehkan oleh Islam karena kaki sebelah kanan beliau invalid. Saya yakin di dalam dadanya ada bara cinta kepada Allah yang selalu menyala.

Beliau mengingatkan saya kepada seorang sahabat Rasulullah saw yang bernama Amru bin Jamuh ra. Seorang sahabat dengan kaki invalid yang hatinya senantiasa dipenuhi api cinta kepada Allah yang terus membara. Sesaat menjelang perang Uhud, Amru bergegas menemui Rasulullah saw untuk diijinkan berperang. Beliau berkta, “Ya Rasulullah, sebagaimana saat perang Badar, putra-putraku kali ini juga hendak menghalangiku pergi berjihad bersama Anda. Kalau tidak karena surga tentu saya tidak akan bertengkar dengan mereka. Demi Allah, saya amat beharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga.” Karena permohonan Amru yang penuh dengan ketulusan dan kesungguhan, Rasulullah saw akhirnya mengijinkannya untuk ikut berjihad. Bahkan Rasulullah melantunkan do’a untuknya, “Ya Allah masukkanlah dia ke dalam surga dengan kakinya yang pincang.

Kedua kisah tersebut sungguh membuat hati malu karena penderitaan sakit yang kurasa belum seberapa dibandingkan dengan mereka. Alangkah malunya diri ini, jika ibadah dengan kaki yang utuh saja masih kalah dengan mereka yang kakinya invalid. Jadi teringat juga seorang adik kecil, usianya kira-kira 10 tahun. Kakinya invalid, tapi semangat banget ikut longmarch. Padahal, jalan dengan bantuan krek itu membutuhkan usaha yang lebih besar dari pada berjalan dengan kaki sendiri.

Jadi, dengan kaki utuh yang kita miliki saat ini, meski cenut-cenut atau perih karena luka, kita musti banyak-banyak bersyukur. Selain dengan membasahi bibir dengan dzkikrullah, juga menggunakan kaki seoptimal mungkin untuk melakukan aktivitas kebajikan, mumpung kaki ini belum diambil oleh yang Maha Empunya Segalanya. Jika sahabat Amru bin Jamuh ra saja masih bersemngat ikut berperang dan bisa masuk ke surga dengan kaki yang invalid. Lalu bagaimana dengan kita?

Sedikit kutipan puisi dan lagu yang cocok untuk menyemangati jiwa, jika sedang sakit:

“.... Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang perih pedih ...”
(Aku, Chairil Anwar)

“Walau tertatih kaki ini berjalan
Jiwa perindu syahid tak akan tergoyahkan
Wahai tentara Allah bertahanlah
Jangan menangis walau jasadmu terluka
Sebelum engkau bergelar syuhada
Tetaplah bertahan dan bersiap-sigalah” (Jejak, Izzatul Islam)

»»  READMORE...

Minggu, 11 Agustus 2013

BABAK KOMPETISI (1): AKU TIDAK BOLEH KALAH DENGAN ANAK SD

Sephy: "Hai Adek, kamu kelas berapa?" (menyapa anak laki2 yang berbaju merah)

Anak 1: "..." (tidak menjawab karena malu2 sambil asyik meneruskan minum, rupanya gelas minumnya lebih menarik hatinya daripada menjawab pertanyaanku)

Ummi: "Mas, minumnya jangan banyak2, minuman itu ndak baik bagi kesehatan", (sambil menunjuk gelas yang berisi minuman warna merah yang bernama bxxxxxa)

Anak 1: "Aaah.. gak papa Ummi, mumpung gratis.."

Ummi: "Mas.. ditanya sama amah itu lho.. kelas berapa?"

Anak 1: "..." (masih tidak ada respon karena asyik dengan gelas di tangannya)

Ummi: "Mas Reza ini kelas lima amah"

Sephy: "Kalau yang itu Bu?" (sambil menunjuk anak laki2 yang berbaju kuning)

Ummi: "Kalau yang itu anak kedua, kelas empat"

Abi: : "Mas.. ini mumpung ada amah, ayok.. tasmi' juz 29 sama amah" (sambil mengayunkan tangan pada anak pertama)

Sephy: "....." (menelan ludah tanpa bisa berkata apa2, lha wong juz 29 masih halaman 7, itu pun belum lancar) "Haduuh.. grogi duluan nih.. koq bisa tau ya Bapak itu kalau saya .... “ (berkata dalam hati)

Anak 1: (dengan malu2) "Aaah.. nanti saja Abi"

Anak 2: "Abi.. aku mau, aku sudah surat Al Mulk"

Abi: "yaah.. koq masih surat Al Mulk? jangan mulek2 di surat Al Mulk, ya" (sambil melanjutkan perbincangan kepada sang anak dan selanjutnya berbicara dengan saya) "anak-anak ini Alhamdulillah sudah sampai di juz 29. Selesai Al Mulk, lanjut ke surat Al Qolam (Nuun), tapi berhenti di situ dan belum tambah-tambah hafalannya"

***

W O W ... Subhanallaah.. begitulah cara Allah memberikan motivasi kepada saya. CaraNya selalu mengena di hati, merasuk hingga sumsum dan sanubari. Mengendap dalam alam bawah sadar dan selanjutnya menimbulkan tekad: "AKU TIDAK BOLEH KALAH DENGAN ANAK SD"

Realitanya, hingga kini saya memang masih belum ada gairah untuk menghafal lagi. Namun, karena sentilan inilah yang membuat adrenalin saya kembali terpacu, yaa.. menambah hafalan.

Kemudian, saya mencoba memuhasabah diri, mengapa saya belum lagi menambah hafalan? Terlalu sibuk, minimnya waktu, ada target tilawah, dan bla.. bla.. bla.. itu semua memang alasan klasik. Memang ada banyak alasan, namun itu semua bukan untuk pembenaran.

Mencoba sedikit mengaplikasikan ilmu manajemen yang pernah saya dapatkan. Secara singkat, saya mencoba menganalisis dengan sedikit ilmu tentang SWOT matrix dan strategi. Ada 4 strategi yang dapat diambil setelah kita menganalisis masing2 strength, weakness, opportunity, dan threat.
1. Jika berada di kuadran 1 (S-O), dimana posisi strength dan opportunity lebih dominan. Hal ini menandakan kita berada pada fase pertumbuhan. Maka strategi yang tepat adalah melakukan ekspansi.
2. Jika berada pada kuadran 2 (W-O), dimana weakness dan opportunity lebih dominan, maka strategi yang tepat adalah mengubah strategi. Menjadikan kelemahan sebagai kekuatan yang dapat digunakan meraih kesempatan2 yang ada.
3. Jika berada pada kuadran 3 (S-T), dimana posisi strength dan threat lebih dominan, maka strategi yang tepat adalah kombinasi/diversifikasi strategi. Menjadikan kekuatan sebagai tumpuan utama dalam menghadapi ancaman.
4. Jika berada pada kuadran 4 (W-T), dimana posisi weakness dan threat sangat dominan. Hal ini menandakan kita berada pada kondisi yang genting/darurat. Maka strategi yang tepat adalah bertahan.

***
Strategi ekspansi, pernah saya lakukan saat menjadi siswa tahfidz pemula. Kala itu, awal tahun 2012, dimana semangat menambah hafalan sedang 100%. Bersaing secara sehat saya lakukan. Hingga tak terasa saya membalap teman2 yang menjadi siswa lama. Saat itu, saya merasakan nikmat yang tiada terkira, fastabiqul khairat. Inilah hiburan yang sebenarnya karena kala itu sedang galau karena tugas akhir. Jadinya, jika tak menemukan solusi penyelesaian dan pikiran bercabang akibat rumitnya looping sistem dinamik, larilah saya pada aktivitas yang satu ini.

Strategi bertahan, pernah juga saya lakukan. Ini instruksi langsung dari pimpinan lembaga yang saat itu saya menjadi siswanya. Karena akan diadakan seleksi siswa untuk kegiatan wisuda juz 30 dan juz 1, jadilah saya memakai strategi ini. Bertahan memuroja’ah hafalan, tanpa menambah setoran. Alhasil, bertahan memang lebih sulit daripada melakukan ekspansi. Usaha yang dikeluarkan lebih besar daripada saat ekspansi dulu. Strategi ini saya terapkan 6 bulan terakhir di tahun 2012.

Selanjutnya, karena saya mudah sekali tersulut semangat dan termotivasi melihat teman2 dan juga anak2 kecil di sekitar saya, jadilah beberapa bulan terakhir ini, saya menerapkan strategi kombinasi/diversifikasi. Menerobos jalan dari arah depan dan belakang. Jika bosan dengan jalan besar yang panjang, saya banting setir, memutar arah menuju jalan belakang, jalan kecil yang penuh cabang dan sempit. Dan ternyata.. strategi ini tidak cukup ampuh saya terapkan. Karena jalan ini harus ditempuh dengan satu kefokusan. Bercabangnya jalan menjadikan saya bingung dan kurang kuat mencengkeramnya.

SWOT secara skimming:
Tuntutan akselerasi adaptasi dengan lingkungan yang baru, baik lingkungan akademik maupun lingkungan kerja. Serta minimnya waktu luang yang pas untuk menambah hafalan. Namun tekad yang bersemayam dalam dada ini begitu kuat dan membuncah, menggapai mimpi, menuju ridho Ilahi Rabbi. Memberikan penghargaan tertinggi pada kedua orang tercinta, dengan mempersembahkan mahkota yang kemilaunya melebihi pancaran cahaya dunia. Penganugerahan kepada hambaNya yang sukses menamatkan ayat-ayat cintaNya, ketika berkumpul di jannahNya, kelak, Insya Allah.

***

Al Qur’an itu unik. Ia ibarat peta ataupun GPS. Namun bukan peta maupun GPS biasa. Ia adalah peta dan GPS kehidupan untuk seluruh insan dunia, menjadi petunjuk jalan shirothol mustaqiim, jalan yang benar. Ibarat sebuah peta atau GPS, dimana di dalamnya terdapat banyak jalan. Ada jalan besar yang memanjang, yang jika kita lewati akan melelahkan. Ada juga jalan kecil bercabang yang sempit, namun jika kita telusuri akan kita dapatkan kisah petualangan menyejarah yang tiada duanya. Al Qur’an sebagai peta kehidupan, memiliki 30 macam jalan yang bisa dilalui. Di setiap jalannya, ada 20 blok yang berjejer menjadi penghias jalan. Dan di setiap bloknya, ada bermacam rumah yang menghuninya, ada 50, 30, 10, bahkan hanya ada 1 rumah saja. Itulah Al Qur’an, anggap saja 30 jalan mewakili 30 juz, 20 blok mewakili 20 halaman di setiap juznya, dan jumlah rumah mewakili jumlah ayat yang ada dalam setiap halamannya.

Ada banyak jalan yang bisa kita tempuh. Jika bosan, lelah, atau putus asa melalui jalan besar yang memanjang, maka bolehlah berhenti sejenak, mengambil nafas dan mengumpulkan energi, memutar arah. Menelusuri jalan kecil bercabang nan sempit. Memang jalan ini dituntut kecermatan dan kehati-hatian yang lebih. Dan selanjutnya harus extra sabaaar..

***

Dan kuputuskan: Baik, saya akan mengubah strategi.

Semoga kemenangan bisa saya raih, layaknya sahabat Khalid bin Walid, yang dengan sigap segera mengetahui kondisi medan laga pertarungan di perang Uhud. Jika saat itu pasukan lemah di depan, dengan lawan yang kuat dihadapan, dan disisi pertahanan lemah di belakang. Saat itu juga, Sang Panglima yang dijuluki pedang Allah ini secara cerdas memutuskan untuk mengubah strategi: menyerang lewat benteng pertahanan belakang, hingga kemenangan ada di tangan.

Yaah.. ini ide yang terinspirasi dari Khalid bin Walid, salah satu sahabat idola saya. Segera ubah strategi untuk meraih kemenangan. Maju ke medan laga melalui jalur pertahanan dari belakang. Bismillaah.. insya Allah..
Dan motivasi lainnya yang menyulut saya: karena saya juga tidak ingin kalah dengan anak SD.
Mari kita berfastabiqul khoirat..!!

#EdisiSharingStrategi.
Ini strategiku, bagaimana strategimu?

»»  READMORE...
') }else{document.write('') } }