Sephy: "Hai Adek, kamu kelas berapa?" (menyapa anak laki2 yang berbaju merah)
Anak 1: "..." (tidak menjawab karena malu2 sambil asyik meneruskan minum, rupanya gelas minumnya lebih menarik hatinya daripada menjawab pertanyaanku)
Ummi: "Mas, minumnya jangan banyak2, minuman itu ndak baik bagi kesehatan", (sambil menunjuk gelas yang berisi minuman warna merah yang bernama bxxxxxa)
Anak 1: "Aaah.. gak papa Ummi, mumpung gratis.."
Ummi: "Mas.. ditanya sama amah itu lho.. kelas berapa?"
Anak 1: "..." (masih tidak ada respon karena asyik dengan gelas di tangannya)
Ummi: "Mas Reza ini kelas lima amah"
Sephy: "Kalau yang itu Bu?" (sambil menunjuk anak laki2 yang berbaju kuning)
Ummi: "Kalau yang itu anak kedua, kelas empat"
Abi: : "Mas.. ini mumpung ada amah, ayok.. tasmi' juz 29 sama amah" (sambil mengayunkan tangan pada anak pertama)
Sephy: "....." (menelan ludah tanpa bisa berkata apa2, lha wong juz 29 masih halaman 7, itu pun belum lancar) "Haduuh.. grogi duluan nih.. koq bisa tau ya Bapak itu kalau saya .... “ (berkata dalam hati)
Anak 1: (dengan malu2) "Aaah.. nanti saja Abi"
Anak 2: "Abi.. aku mau, aku sudah surat Al Mulk"
Abi: "yaah.. koq masih surat Al Mulk? jangan mulek2 di surat Al Mulk, ya" (sambil melanjutkan perbincangan kepada sang anak dan selanjutnya berbicara dengan saya) "anak-anak ini Alhamdulillah sudah sampai di juz 29. Selesai Al Mulk, lanjut ke surat Al Qolam (Nuun), tapi berhenti di situ dan belum tambah-tambah hafalannya"
***
W O W ... Subhanallaah.. begitulah cara Allah memberikan motivasi kepada saya. CaraNya selalu mengena di hati, merasuk hingga sumsum dan sanubari. Mengendap dalam alam bawah sadar dan selanjutnya menimbulkan tekad: "AKU TIDAK BOLEH KALAH DENGAN ANAK SD"
Realitanya, hingga kini saya memang masih belum ada gairah untuk menghafal lagi. Namun, karena sentilan inilah yang membuat adrenalin saya kembali terpacu, yaa.. menambah hafalan.
Kemudian, saya mencoba memuhasabah diri, mengapa saya belum lagi menambah hafalan? Terlalu sibuk, minimnya waktu, ada target tilawah, dan bla.. bla.. bla.. itu semua memang alasan klasik. Memang ada banyak alasan, namun itu semua bukan untuk pembenaran.
Mencoba sedikit mengaplikasikan ilmu manajemen yang pernah saya dapatkan. Secara singkat, saya mencoba menganalisis dengan sedikit ilmu tentang SWOT matrix dan strategi. Ada 4 strategi yang dapat diambil setelah kita menganalisis masing2 strength, weakness, opportunity, dan threat.
1. Jika berada di kuadran 1 (S-O), dimana posisi strength dan opportunity lebih dominan. Hal ini menandakan kita berada pada fase pertumbuhan. Maka strategi yang tepat adalah melakukan ekspansi.
2. Jika berada pada kuadran 2 (W-O), dimana weakness dan opportunity lebih dominan, maka strategi yang tepat adalah mengubah strategi. Menjadikan kelemahan sebagai kekuatan yang dapat digunakan meraih kesempatan2 yang ada.
3. Jika berada pada kuadran 3 (S-T), dimana posisi strength dan threat lebih dominan, maka strategi yang tepat adalah kombinasi/diversifikasi strategi. Menjadikan kekuatan sebagai tumpuan utama dalam menghadapi ancaman.
4. Jika berada pada kuadran 4 (W-T), dimana posisi weakness dan threat sangat dominan. Hal ini menandakan kita berada pada kondisi yang genting/darurat. Maka strategi yang tepat adalah bertahan.
***
Strategi ekspansi, pernah saya lakukan saat menjadi siswa tahfidz pemula. Kala itu, awal tahun 2012, dimana semangat menambah hafalan sedang 100%. Bersaing secara sehat saya lakukan. Hingga tak terasa saya membalap teman2 yang menjadi siswa lama. Saat itu, saya merasakan nikmat yang tiada terkira, fastabiqul khairat. Inilah hiburan yang sebenarnya karena kala itu sedang galau karena tugas akhir. Jadinya, jika tak menemukan solusi penyelesaian dan pikiran bercabang akibat rumitnya looping sistem dinamik, larilah saya pada aktivitas yang satu ini.
Strategi bertahan, pernah juga saya lakukan. Ini instruksi langsung dari pimpinan lembaga yang saat itu saya menjadi siswanya. Karena akan diadakan seleksi siswa untuk kegiatan wisuda juz 30 dan juz 1, jadilah saya memakai strategi ini. Bertahan memuroja’ah hafalan, tanpa menambah setoran. Alhasil, bertahan memang lebih sulit daripada melakukan ekspansi. Usaha yang dikeluarkan lebih besar daripada saat ekspansi dulu. Strategi ini saya terapkan 6 bulan terakhir di tahun 2012.
Selanjutnya, karena saya mudah sekali tersulut semangat dan termotivasi melihat teman2 dan juga anak2 kecil di sekitar saya, jadilah beberapa bulan terakhir ini, saya menerapkan strategi kombinasi/diversifikasi. Menerobos jalan dari arah depan dan belakang. Jika bosan dengan jalan besar yang panjang, saya banting setir, memutar arah menuju jalan belakang, jalan kecil yang penuh cabang dan sempit. Dan ternyata.. strategi ini tidak cukup ampuh saya terapkan. Karena jalan ini harus ditempuh dengan satu kefokusan. Bercabangnya jalan menjadikan saya bingung dan kurang kuat mencengkeramnya.
SWOT secara skimming:
Tuntutan akselerasi adaptasi dengan lingkungan yang baru, baik lingkungan akademik maupun lingkungan kerja. Serta minimnya waktu luang yang pas untuk menambah hafalan. Namun tekad yang bersemayam dalam dada ini begitu kuat dan membuncah, menggapai mimpi, menuju ridho Ilahi Rabbi. Memberikan penghargaan tertinggi pada kedua orang tercinta, dengan mempersembahkan mahkota yang kemilaunya melebihi pancaran cahaya dunia. Penganugerahan kepada hambaNya yang sukses menamatkan ayat-ayat cintaNya, ketika berkumpul di jannahNya, kelak, Insya Allah.
***
Al Qur’an itu unik. Ia ibarat peta ataupun GPS. Namun bukan peta maupun GPS biasa. Ia adalah peta dan GPS kehidupan untuk seluruh insan dunia, menjadi petunjuk jalan shirothol mustaqiim, jalan yang benar. Ibarat sebuah peta atau GPS, dimana di dalamnya terdapat banyak jalan. Ada jalan besar yang memanjang, yang jika kita lewati akan melelahkan. Ada juga jalan kecil bercabang yang sempit, namun jika kita telusuri akan kita dapatkan kisah petualangan menyejarah yang tiada duanya. Al Qur’an sebagai peta kehidupan, memiliki 30 macam jalan yang bisa dilalui. Di setiap jalannya, ada 20 blok yang berjejer menjadi penghias jalan. Dan di setiap bloknya, ada bermacam rumah yang menghuninya, ada 50, 30, 10, bahkan hanya ada 1 rumah saja. Itulah Al Qur’an, anggap saja 30 jalan mewakili 30 juz, 20 blok mewakili 20 halaman di setiap juznya, dan jumlah rumah mewakili jumlah ayat yang ada dalam setiap halamannya.
Ada banyak jalan yang bisa kita tempuh. Jika bosan, lelah, atau putus asa melalui jalan besar yang memanjang, maka bolehlah berhenti sejenak, mengambil nafas dan mengumpulkan energi, memutar arah. Menelusuri jalan kecil bercabang nan sempit. Memang jalan ini dituntut kecermatan dan kehati-hatian yang lebih. Dan selanjutnya harus extra sabaaar..
***
Dan kuputuskan: Baik, saya akan mengubah strategi.
Semoga kemenangan bisa saya raih, layaknya sahabat Khalid bin Walid, yang dengan sigap segera mengetahui kondisi medan laga pertarungan di perang Uhud. Jika saat itu pasukan lemah di depan, dengan lawan yang kuat dihadapan, dan disisi pertahanan lemah di belakang. Saat itu juga, Sang Panglima yang dijuluki pedang Allah ini secara cerdas memutuskan untuk mengubah strategi: menyerang lewat benteng pertahanan belakang, hingga kemenangan ada di tangan.
Yaah.. ini ide yang terinspirasi dari Khalid bin Walid, salah satu sahabat idola saya. Segera ubah strategi untuk meraih kemenangan. Maju ke medan laga melalui jalur pertahanan dari belakang. Bismillaah.. insya Allah..
Dan motivasi lainnya yang menyulut saya: karena saya juga tidak ingin kalah dengan anak SD.
Mari kita berfastabiqul khoirat..!!
#EdisiSharingStrategi.
Ini strategiku, bagaimana strategimu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar